17 May 2013

PENTAKOSTA : Roh Kudus dan Bunda Maria


Bulan Mei ini adalah bulan Maria dan bulan ini diwarnai dengan cukup banyak peringatan/perayaan yang menyangkut Bunda Maria: Pada tanggal 8 Mei beberapa tarekat religius (termasuk SCJ) memperingati ‘Bunda Maria Pengantara Segala Rahmat’, pada tanggal 13 Mei Gereja memperingati ‘Santa Perawan Maria dari Fatima’ dan pada hari yang sama beberapa tarekat religius memperingati ‘Maria, Bunda Pembantu’ atau ‘Santa Perawan Maria Pendamping yang Baik, tanggal 23 Mei bagi Suster-suster Puteri Maria Penolong Umat Kristiani (FMA) dan para anggota Serikat Salesian Don Bosco (SDB) adalah ‘Hari Raya Santa Perawan Maria Pertolongan orang Kristen’. Pada tanggal 31 Mei tiga tarekat religius, yaitu Frater-frater Bunda Hati Kudus (BHK), Puteri Bunda Hati Kudus (FDNSC) dan Misionaris Hati Kudus (MSC) merayakan ‘Hari Raya Bunda Hati Kudus’. Pada hari yang sama Gereja menutup bulan Maria ini dengan ‘Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet’, sebuah pesta khusus juga bagi para anggota Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tak Bernoda (FIC).

Bagi umat awam bulan Mei ini ditandai juga dengan berbagai bentuk kegiatan devosional kepada Bunda Maria yang meningkat, misalnya kegiatan doa rosario bersama dalam lingkungan-lingkungan. Ada pertemuan lingkungan yang diikuti cukup banyak peserta, ada pula yang pas-pasan saja, namun semua itu sungguh dapat memperkuat koinonia atau persekutuan dalam umat.

Kita ketahui, bahwa pada hari Pentakosta pertama Maria juga hadir di tengah-tengah para rasul, karena dia sudah ada bersama para rasul di “ruang atas” (senakel) bertekun dengan sehati-sejiwa dalam doa bersama menanti-nantikan kedatangan Roh Kudus (lihat Kis 1:14). Di lain pihak, dalam satu peristiwa Maria yang penting, yaitu kunjungannya kepada Elisabet, Roh Kudus terasa memegang peran sangat penting. Nah, tulisan ini mencoba menguraikan hubungan istimewa antara dua pribadi ini: Roh Kudus dan Bunda Maria. Di sini kita mengambil beberapa “peristiwa Maria” sebagai titik tolak. Setiap kali kita berdoa “Salam Maria”, kita katakan kepada Santa Perawan Maria: “Terpujilah engkau di antara wanita” (Luk 1:42). Sesungguhnya memang siapa lagi yang lebih terberkati daripada dia yang dipilih menjadi Bunda Allah?

“Allah”, tulis Santo Bonaventura, “dapat membuat dunia menjadi lebih besar, dapat memperluas surga, tetapi Dia tidak dapat membuat yang lebih besar daripada Bunda Allah”. Berhubungan dengan pilihan ilahi ini adalah relasi istimewa antara Santa Perawan Maria dan Roh Kudus.

DIKANDUNGNYA MARIA TANPA NODA DOSA

Relasi istimewa ini mulai pada awal keberadaan Maria. Gereja mengajar, bahwa Maria dikandung tanpa dosa, artinya bahwa dia menerima dari Allah suatu privilese unik “dikandung tanpa dosa-asal”, dalam rangka kebaikan-kebaikan dari sang Penebus yang akan dilahirkannya. Dogma “Dikandung tanpa dosa” (Latin: conceptio immaculata; Inggris: Immaculate Conception) berarti, bahwa sejak saat dikandung dalam rahim ibunya Maria dipenuhi rahmat oleh Allah. Tidak seperti manusia biasa, Maria sudah dipenuhi rahmat sejak dari instansi pertama hidupnya sebagai manusia. Jadi malaikat agung Gabriel benar ketika menyapanya “Salam, hai engkau yang dikaruniai” (Yunani: kekharitomené, lihat Luk 1:28; “penuh rahmat” / Latin: gratia plena). Harus kita catat, bahwa terkandungnya Maria tanpa dosa – seperti juga karya pengudusan lainnya – adalah karya Roh Kudus.

Dikandungnya tanpa dosa merupakan rahmat besar untuk menyiapkan Maria sebagai Bunda Penebus. Allah menghendaki agar Maria menjadi Bunda Putera-Nya melalui persetujuannya sendiri, dan persetujuannya ini harus merupakan persetujuan total tanpa reserve. Dosa-asal dapat menciutkan totalitas dari persetujuan tersebut. Mengapa? Karena dosa-asal, seperti semua dosa, adalah “Tidak” kepada Allah dan kehendak-Nya. Kita masuk ke dunia tanpa dapat menikmati hidup rahmat bukanlah karena keputusan jahat kita (kita tidak dapat membuat keputusan jahat karena baru saja dikandung), tetapi karena dosa Adam-Hawa di awal sejarah manusia. Bagaimana pun dosa-asal merupakan suatu keadaan ditolak atau dijauhkan dari Allah. Meskipun dosa-asal sudah ‘dibuang’ ketika seseorang masuk ke dalam suatu keadaan rahmat, misalnya oleh baptisan, masih ada saja bayang-bayang “Tidak” dalam apa yang dinamakan concupiscentia (Inggris: concupiscence)Yang dimaksudkan di sini adalah suatu dualisme yang ada pada manusia yang menghalanginya dalam mewujudkan seluruh kehendaknya. Concupiscentia itu sendiri bukanlah dosa, melainkan akibat dari dosa dan membuat kita cenderung berdosa. Inilah tarikan spontan yang sering kita alami, tidak hanya ke arah kenikmatan sensual, melainkan juga ke arah hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah lainnya. Manusia secara wajar dan alamiah cenderung berpusatkan diri sendiri yang ujung-ujungnya dinamakan dosa. Maria bebas dari concupiscentia. Hal ini berarti, bahwa dalam menghadirkan dirinya di hadapan Allah dan mewujudkan kebebasannya Maria tidak terhalang dari dalam dirinya sendiri. Semua yang baru disebutkan tadi adalah hasil karya Roh Kudus dalam dirinya!

PEMBERITAHUAN TENTANG KELAHIRAN YESUS KEPADA PERAWAN MARIA

Kita lihat di atas bahwa tidak ada dosa-asal pada diri Maria, dengan demikian dia juga bebas dari concupiscentia. Bahkan bayang-bayang “Tidak” terhadap Allah dan kehendak-Nya juga tak nampak dalam dirinya. Sejak saat terkandungnya dalam rahim ibunya, yang ada hanyalah “Ya” terhadap Allah dan kehendak-Nya. Jadi ketika malaikat agung Gabriel menyampaikan “tawaran ilahi” kepada Maria, tawaran itu sebenarnya ditujukan kepada seorang makhluk ciptaan yang sepenuhnya hanya mengatakan “Ya” kepada Allah dan kehendak-Nya. Oleh karena itu Maria menanggapi “tawaran ilahi” dengan sepenuh hati, secara definitif, tanpa reserve dengan berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Jawaban Maria ini membawanya kepada suatu relasi yang lebih dekat lagi dengan Roh Kudus. Sebab, sebelum itu telah dijelaskan oleh malaikat agung Gabriel kepadanya bagaimana jadinya martabat keibuannya sebagai bunda Yesus kelak: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk 1:35). Dia memberi persetujuannya untuk menjadi Bunda sang Penyelamat dengan menyetujui tindakan Roh Kudus atas dirinya. Dalam menyambut tindakan Roh Kudus tersebut dia menyambut sang Penyelamat ke dalam hati dan rahimnya. Dengan penuh kepatuhan Maria memberikan dirinya kepada tindakan Roh Kudus karena dia telah dipersiapkan dengan karya Roh Kudus sebelumnya: dikandung tanpa dosa. Sejak saat itu pun Maria sadar bahwa Anak yang dikandungnya itu adalah karunia Allah kepadanya dan kepada umat manusia melalui tindakan Roh Kudus. Betapa tergetar kiranya hati Maria penuh takzim, bahwa dia sedang bekerja sama dengan Roh Kudus dalam karya Allah terbesar dan teragung ini, yaitu inkarnasi sang Firman menjadi manusia (Yoh 1:14).

Datangnya Roh Kudus atas Maria bukanlah suatu peristiwa yang bersifat fana, karena dengan begitu Maria menjadi tempat kediaman Allah. Pada peristiwa pemberitahuan oleh malaikat agung Gabriel ini, Maria memasuki suatu relasi dengan Roh Kudus sehingga kita boleh menyapanya sebagai “Mempelai Allah Roh Kudus”. Suatu relasi seorang insan yang dikandung tanpa dosa dan murni, dengan Roh Kudus yang adalah Kasih itu sendiri. Suatu relasi antara karunia murni, yaitu Roh Kudus dan penerimaan total yang adalah Maria. Ini adalah relasi dengan Roh Kudus yang dijalaninya sepanjang hidupnya di atas bumi.

KUNJUNGAN MARIA KEPADA ELISABET

Injil Lukas mengatakan, bahwa beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan bergegas menuju sebuah kota di pegunungan Yehuda (Luk 1:39). Kita telah lihat dalam peristiwa pemberitahuan oleh malaikat agung Gabriel di atas bahwa Maria adalah pribadi yang sudah dipenuhi Roh Kudus. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan nyaring, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk 1:41-42).  Elisabetpun tidak ragu-ragu untuk menyapa Maria sebagai “Ibu Tuhanku” (Luk 1:43). Di sini kita lihat bahwa peran Maria bersifat instrumental dalam kedatangan Roh Kudus ke dalam diri Elisabet dan putera yang dikandungnya, Yohanes Pembaptis. Ada suatu tradisi di tengah-tengah para Bapa Gereja yang awal, bahwa Santo Yohanes Pembaptis dimurnikan dari dosa-asal pada saat-saat pertemuan antara kedua perempuan itu.

Layak untuk kita catat, bahwa begitu Roh Kudus memenuhi diri Elisabet, dia mengenali martabat Maria sebagai Ibu Tuhannya, dan memuji-mujinya. Ini seyogianya merupakan bahan pemikiran dan permenungan bagi mereka yang menamakan diri Kristen namun masih saja menolak untuk mengakui dan menghormati secara istimewa Ibunda Yesus. Seperti Elisabet, siapa saja yang telah dipenuhi Roh Kudus – mau tidak mau – haruslah mengakui martabat Maria sebagai Ibu Tuhan dan memuji dia untuk privilese dan iman yang dimilikinya.

Pada waktu Maria dipuji oleh Elisabet, dia langsung melambungkan kidung Magnificat-nya yang sangat profetis, di mana dia bernubuat: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan kuduslah nama-Nya ……” (bacalah keseluruhan kidung dalam Luk 1:46-55).

SAAT YESUS DIPERSEMBAHKAN DI BAIT ALLAH

Roh Kudus disebut lagi sehubungan dengan Maria dalam peristiwa Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Di tempat kudus itu keluarga suci dari Nazaret ditemui oleh oleh seorang tua yang benar dan saleh, yang bernama Simeon. Roh Kudus telah menyatakan kepada Simeon ini, bahwa dia tidak akan mati sebelum dia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan (lihat Luk 2:26). Pada waktu menggendong kanak-kanak Yesus dia memuji-muji Allah sambil melambungkan “Kidung Simeon” yang terkenal itu. Simeon datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Akhirnya Simeon berkata kepada Maria: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan – dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri – supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang” (Luk 2:34-35).

Simeon dibimbing Roh Kudus untuk bertemu dengan kanak-kanak Yesus yang sedang digendong oleh Maria. Dia bernubuat tentang masa depan Yesus dan bagian Maria dalam misteri paska. Adalah Roh Kudus yang menyatakan hal-hal ini kepada Maria melalui nubuat Simeon.

DI BAWAH KAKI SALIB DI KALVARI

Nubuat Simeon ini digenapi pada waktu penyaliban Kristus. Di Kalvari Maria berdiri di dekat salib Yesus dan dia ikut ambil bagian dalam penderitaan Yesus dalam arti sesungguhnya, detik demi detik. Ada sebilah pedang yang menembus jiwanya selagi dia berdiri di sana dan memandangi Dia yang lagi meregang nyawa pada kayu salib.  Sesudah Yesus meminum anggur asam, berkatalah Ia, “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yoh 19:25-30). Kata-kata Yesus ini mengandung dua arti. Arti harafiahnya adalah, bahwa Yesus menghembuskan nafasnya yang terakhir lalu mati. Namun arti teologisnya adalah, bahwa Yesus melakukan pelimpahan-awal Roh Kudus pada saat Dia wafat di kayu salib. Dalam hal ini kita harus mengacu pada kata-kata Yesus pada hari raya Pondok Daun, yang mengundang siapa saja yang haus untuk datang kepada-Nya dan minum. Yesus mengatakan, bahwa dari hati-Nya akan mengalir ke luar aliran-aliran air hidup. Penulis Injil Yohanes menafsirkan apa yang dikatakan Yesus:“Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan" (Yoh 7:37-39).

Yang dimaksudkan dengan “pemuliaan Yesus” di sini sesungguhnya adalah sengsara-wafat-kebangkitan-Nya. Dari atas kayu salib, pada saat wafat-Nya Yesus melimpahkan Roh Kudus. Penerima istimewa pelimpahan-awal dari Roh ini adalah Maria, bunda-Nya, yang paling banyak ambil bagian dalam sengsara-Nya, dengan demikian juga dalam kemuliaan-Nya.

PENTAKOSTA (PENCURAHAN ROH KUDUS)

Maria adalah salah seorang yang pergi ke “ruang atas” di Yerusalem dan berdoa bersama para rasul. Santo Lukas secara eksplisit menyebut namanya: Maria ibu Yesus! (Kis 1:14).  Maria ada bersama para murid pada waktu pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Bagi Maria, Roh Kudus yang turun atas para rasul mengembalikan kenangan-kenangan ketika dia menerima kabar dari malaikat agung Gabriel yang mengatakan: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau” (Luk 1:35). Itu bukan déjà vu, tetapi penggenapan dari segalanya yang dimulai pada hari istimewa itu, ketika dia menyerahkan diri kepada tindakan Roh Kudus.

Tentunya sekarang Maria sangat bersukacita menyadari bahwa Roh Kudus telah datang untuk memenuhi dan mengabadikan semua yang dicapai oleh Kristus, Puteranya. Sekarang dia mengalami karunia agung dari Puteranya, yaitu Roh Kudus yang dicurahkan sebagai karunia untuk membuat Puteranya hidup dalam hati para murid dan di tengah umat manusia. Seperti ketika dia telah memelihara Kristus dalam rahimnya, maka sekarang Maria harus memelihara komunitas para murid dengan kehadirannya sebagai seorang ibu, dengan teladan-teladannya, kenangan-kenangannya dan kata-katanya. Semua ini dilakukan Maria sampai hari kematiannya.

MARIA DIANGKAT KE SURGA

Kematian bukanlah akhir bagi Maria, seperti juga halnya dengan Puteranya. Gereja mengajar bahwa setelah akhir hidupnya di dunia, Maria diangkat – tubuh dan jiwa – ke dalam kemuliaan surgawi. Dengan kata lain, seperti Puteranya Maria juga dibangkitkan dari kematiannya dan diangkat ke surga untuk ikut ambil bagian dalam kemuliaan-Nya. 

Karena kebangkitan Tuhan merupakan karya Bapa dan Putera melalui Roh Kudus (1Ptr 3:18; Rm 8:11), maka demikian pula halnya peristiwa diangkatnya Maria ke dalam kemuliaan surgawi dalam personalitas kemanusiaannya secara total. Dengan mengangkatnya ke surga, Roh Kudus memahkotai karya-Nya dalam diri Maria yang dimulai-Nya pada “perkandungan tanpa dosa” dan memuncak pada Inkarnasi Putera Allah. Diangkatnya Maria ke dalam kemuliaan surgawi merupakan masterpiece Tuhan Yesus Kristus dan Roh-Nya dalam menyatakan kekudusan Bapa surgawi.

Catatan Penutup

Hidup Maria tak terpisahkan dari karya Roh Kudus. Hidupnya tidak hanya dipenuhi Roh Kudus (Spirit-filled), tetapi juga dipimpin oleh Roh Kudus (Spirit-led). Kita pun harus meneladan dia; tidak hanya cukup dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi senantiasa dengan rendah hati memohon agar Roh Kudus selalu memimpin langkah-langkah kita dalam kehidupan ini. Syafaat Bunda Maria relevan dalam hal ini, dan dia masih mendoakan kita semua. Jangan lupakan Ibu kita ini! Banyak orang yang mengklaim diri dipenuhi Roh Allah, tetapi dengan sikap angkuh mengabaikan peranan dan keberadaan Bunda Allah dalam hidupnya. Itu adalah tanda kesombongon rohani yang secara bertahap akan membawa orang ke neraka, bukan ke surga! Memang kita sudah berada dalam proses pengudusan, namun kita hidup dalam dunia yang penuh dengan dosa dan kekuatan-kekuatan dosa dalam diri kita belum sepenuhnya punah. Oleh karena itu dalam perjuangan kita menuju kekudusan – seturut kehendak Allah sendiri – berpalinglah kepada Maria sang Mempelai Allah Roh Kudus.


F.X. Indrapradja, OFS (sangsabda.wordpress.com)

 

No comments:

Post a Comment