29 May 2013

BULAN MARIA : Renungan St. Yohanes Maria Vianney tentang Santa Perawan Maria


Bapa bersukacita memandang hati Santa Perawan Maria Tersuci, sebagai karya tangan-Nya yang paling agung; sama seperti kita selalu senang akan karya kita sendiri, terlebih apabila hasilnya sungguh baik. Putra bersukacita atas hati Bunda-Nya, sumber darimana Ia mendapatkan Darah-Nya yang telah menebus kita. Roh Kudus bersukacita atas Bait-Nya. Para nabi mewartakan kemuliaan Maria sebelum kelahirannya; mereka memperbandingkannya dengan matahari. Sungguh, kehadiran Santa Perawan dapat diperbandingkan dengan seberkas sinar matahari yang cemerlang di pagi yang berkabut.

Sebelum kedatangan Maria, murka Allah menggelantung di atas kepala kita bagaikan sebilah pedang yang siap menebas kita. Segera setelah kehadiran Santa Perawan di dunia, murka-Nya reda…. Maria tidak tahu bahwa ia akan menjadi Bunda Allah. Ketika masih kanak-kanak, ia biasa berkata, “Bilakah aku memandang ciptaan agung yang akan menjadi Bunda Allah?” Santa Perawan dihadapkan kepada kita dua kali: dalam Inkarnasi dan di kaki salib; dengan demikian ia Bunda kita dua kali lipat. Santa Perawan seringkali diperbandingkan dengan seorang ibu, namun demikian ia tetap jauh lebih mengagumkan daripada seorang ibu terbaik sekalipun; sebab ibu terbaik kadang-kadang menghukum anaknya apabila anaknya itu mengecewakan hatinya, dan bahkan menghajarnya: ia pikir ia melakukan hal yang tepat. Tetapi, Santa Perawan tidak melakukan itu semua; ia begitu lembut hati hingga ia memperlakukan kita dengan penuh kasih sayang dan tak pernah sekali pun menghukum kita.

Hati Bunda yang amat lemah-lembut ini sepenuhnya adalah cinta dan belas kasihan; ia hanya menginginkan kita bahagia. Kita hanya perlu datang kepadanya agar ia mendengar kita. Putra memiliki keadilan-Nya, tetapi Bunda tak memiliki apa-apa kecuali kasih sayangnya. Tuhan begitu mengasihi kita sehingga Ia rela wafat bagi kita; tetapi dalam hati Kristus ada keadilan-Nya, yang adalah atribut Allah; dalam hati Santa Perawan Tersuci, tak ada yang lain selain belas kasihan. Putranya siap menghukum mereka yang berdosa, Maria menengahi, ia menahan pedang keadilan, memohon dengan sangat pengampunan bagi pendosa yang malang. “Ibu,” demikian Kristus berkata kepada Bunda-Nya, “Aku tak dapat menolak apa pun permohonanmu. Bahkan jika neraka bertobat, engkau akan beroleh pengampunan baginya.”

St. Perawan Tersuci menempatkan dirinya di antara Putranya dan manusia. Semakin berdosa kita, semakin besar kelemahlembutan dan belaskasihan yang ia rasakan bagi kita. Anak yang menyebabkan ibunya meneteskan paling banyak airmata adalah anak yang paling dicintainya. Tidakkah seorang ibu senantiasa bergegas menolong anaknya yang paling lemah dan paling rentan terhadap bahaya? Tidakkah seorang dokter di rumah sakit lebih memperhatikan mereka yang menderita sakit yang paling serius? Hati Bunda Maria begitu lemah lembut terhadap kita, hingga andai saja hati segenap ibu di seluruh dunia digabung menjadi satu akan serupa sekeping es saja dibandingkan dengan hatinya. Lihat, betapa amat baiknya Perawan Tersuci! Hambanya yang mengagumkan, St. Bernardus, biasa menyapanya, “Salam bagimu, Maria”. Suatu hari, Bunda yang baik ini menjawabnya, “Salam bagimu, puteraku Bernardus.”

Ave Maria adalah doa yang tak pernah membosankan. Devosi kepada Perawan Tersuci begitu nikmat, begitu manis dan begitu menyegarkan jiwa. Apabila kita membicarakan masalah-masalah duniawi atau politik, kita akan merasa bosan; tetapi apabila kita membicarakan Perawan Tersuci, kita akan selalu bersemangat. Semua orang kudus memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria; tak ada rahmat datang dari surga tanpa melalui tangan-tangannya. Kita tak akan dapat masuk ke dalam rumah tanpa berbicara kepada penjaga pintunya; nah, Perawan Tersuci adalah penjaga pintu Surgawi.

Apabila kita hendak menyampaikan sesuatu kepada seorang tokoh yang kita hormati, kita menyampaikannya melalui orang yang dekat dengannya, agar pemberian kita itu berkenan padanya. Demikian juga doa-doa kita akan memperolehkan manfaat yang berbeda apabila disampaikan melalui Bunda Maria, sebab ia adalah satu-satunya makhluk yang tidak pernah menghina Allah. Perawan Tersuci seorang saja yang memenuhi perintah pertama - mengagungkan Tuhan saja dan mengasihi-Nya dengan sempurna. Ia melakukannya dengan sempurna tanpa cela.

Segala yang diminta Putra dari Bapa diberikan kepada-Nya. Segala yang diminta Bunda dari Putra, demikian juga, diberikan kepadanya. Jika kita menggenggam sesuatu yang harum, maka tangan kita akan mengharumkan apa saja yang disentuhnya: biarlah doa-doa kita melewati tangan-tangan Perawan Tersuci; ia akan mengharumkan doa-doa kita. Aku pikir bahwa pada akhir dunia Perawan Tersuci akan sangat tenang dan damai; tetapi sementara dunia berakhir, kita menarik-nariknya ke segala penjuru …. Perawan Tersuci bagaikan seorang ibunda dengan begitu banyak anak - ia terus-menerus sibuk memeriksa dan memelihara anak-anaknya satu persatu.


sumber : Catechism on the Blessed Virgin by Saint John Vianney”; www.catholic-forum.com

28 May 2013

BULAN MARIA : Kisah Penampakan Bunda Maria di Dong Lu, Cina

Selama berabad-abad, rakyat Cina telah mengalami berbagai penderitaan dan kerusuhan politik. Berjuta-juta orang menjadi korban peperangan dan kelaparan. Para misionaris membawa iman Kristen ke Cina, tetapi hanya mendapat kesuksesan yang terbatas, kecuali jika kemuliaan Santa Perawan Maria Bunda Allah juga ditinggikan. Umumnya rakyat Cina tidak dapat mengerti mengapa Kanak-kanak Yesus bisa dimuliakan sebagai Tuhan, kecuali bunda-Nya juga turut dianggap suci. Oleh karena itu devosi kepada Bunda Maria tumbuh subur di tempat-tempat pemukiman yang berjauhan dimana iman Kristen mulai tumbuh berakar di Cina. Kebanyakan orang di Cina apapun kepercayaannya, pernah mendengar tentang Santa Perawan Maria.

Oleh karena kepercayaan Kong Hu Cu (Confusianisme) dan penghormatan yang besar kepada para leluhur yang merupakan ciri khas kebudayaan rakyat Cina, sudah logis kalau Bunda Suci dari Yesus Kristus Juru Selamat dunia turut pula menjadi obyek kasih dan devosi di Cina. Maka demikianlah adanya. 

Para romo-romo Vinsensian telah mendirikan suatu misi di Dong Lu, wilayah termiskin di dekat Peiping. Tempat ini dikenal sebagai tempat para pengemis. Pada tahun 1900, selama pemberontakan Boxer yang brutal, 10.000 gerombolan pasukan menyerang pedesaan Dong Lu. Warga Kristen yang berjumlah 700 orang sama sekali bukan tandingan dan tidak ada harapan untuk selamat menghadapi pasukan yang bersenjata tersebut. Mereka berkumpul bersama dan berdoa dengan sepenuh hati.
 
Sekonyong-konyong, para anggota gerombolan pengganas tersebut mulai melontarkan senjata-senjata mereka ke angkasa sembari meneriakan kata-kata makian dan kemarahan. Tiba-tiba saja, seluruh pasukan yang berjumlah sekitar 10.000 orang tersebut berbalik arah dan melarikan diri dari wilayah perkampungan secepat kilat seperti layaknya orang yang terancam bahaya maut. Menurut cerita, warga kampung menyaksikan seorang wanita yang sangat cantik yang dikelilingi oleh cahaya mistis muncul di atas langit. Senjata para pengganas tidak mampu melukai dirinya, kecantikannya, maupun pancaran kedamaiannya.

Tiba-tiba, seorang satria berkuda muncul di horizon dengan kuasa yang menggentarkan hati para pengganas. Figur berkuda yang perkasa tersebut juga diselubungi oleh cahaya yang berkilau gemilang, begitu cemerlang sehingga 10.000 anggota pasukan pengganas serta merta melarikan diri ketakutan dan tidak kembali lagi. Warga setempat tidak ragu-ragu mengatakan bahwa Santa Perawan Maria yang Puteranya adalah Allah sejati, telah datang untuk melindungi mereka. Panglimanya yang terpercaya, Santo Mikael Malaikat Agung, telah membuat musur kocar-kacir ketakutan.
 
Sebuah gereja dibangun di atas tempat tersebut dan sebuah lukisan Bunda Maria, yang berpakaian seperti layaknya seorang kaisarina, ibusuri, dengan Kanak-kanak Yesus di dekat kakinya, ditaruh di atas altar. Gambaran ini telah menjadi tradisi Cina tentang realitas dan kehadiran Santa Perawan Maria dan Puteranya yang Ilahi, Yesus Kristus. Meskipun gereja tersebut dihancurkan pada tahun 1951, lukisan itu tetap ada. Mungkin kelak akan datang suatu hari dimana lukisan itu akan ditaruh di dalam stasi ziarah yang menyambut kedatangan orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang ingin menghormati berkat hidup kekeluargaan di dalam Allah.
 
Pada tanggal 2 Juni 1995 di awal musim panas, halaman depan koran The Washington Post menuliskan suatu sajian artikel tentang dua penampakan Bunda Maria yang muncul di situs peziarahan Dong Lu di hadapan sekitar 10.000 orang pada akhir bulan Mei 1995. Beribu-ribu umat Katolik telah berkumpul di Dong Lu untuk merayakan Misa Kudus yang dihadiri oleh para imam dan uskup dari Gereja Katolik bawah-tanah. Pada dua peristiwa yang terpisah, khalayak ramai tersebut menatap matahari secara langsung di tengah siang hari yang terik untuk melihat Santa Perawan Maria. "Khalayak ramai tersebut bertepuk tangan gemuruh pada suatu ketika," demikian laporan surat kabar.
 
10.000 orang yang melihat penampakan Maria tersebut sebetulnya melanggar perintah pemerintah Komunis dengan berkumpul di tempat umum dan merayakan Misa yang dianggap ilegal di tempat ziarah. Mereka menyanyikan lagu-lagu Gregorian yang mengumandang ke penjuru sawah-sawah di sekitarnya. Asap dedupaan membumbung tinggi. Wajah orang-orang cerah dan memancarkan kasih dan terimakasih sewaktu mereka mendaraskan doa Rosario. Penampakan Bunda Maria dianggap sebagai tanda dari kehadiran Allah yang terus-menerus dalam urusan-urusan umat manusia.
 
Santa Perawan Maria telah di lihat di berbagai tempat di Cina. Orang-orang di pedusunan terpencil yang sama sekali tidak mengenal dia sebagai Bunda Yesus Kristus, mengenalinya sebagai Perawan Bunda Allah. Mereka melaporkan Kanak-kanak Puteranya sebagai inkarnasi Allah dalam rupa manusia. Orang-orang dari segala latar belakang kepercayaan, bahkan yang tidak memiliki kepercayaan sekalipun, melihat mukjijat matahari seperti peristiwa penampakan Fatima, manik-manik Rosario yang berubah menjadi keemasan, dan orang-orang sakit yang disembuhkan, demikian makin banyak doa-doa dipanjatkan, dan kelompok-kelompok doa bertemu dan kehadiran Misa Kudus yang meningkat. Ziarah-ziarah besarpun diadakan, tidak hanya di Dong Lu, tetapi juga di sisi bukit di luar kota Shanghai.
 
Ada lebih banyak umat Kristen di Cina sekarang daripada ketika kaum komunis mengambil alih kekuasaan di tahun 1949, dengan garis politik menindas iman Kristen. Menurut perkiraan ada antara enam sampai dua belas juta umat Katolik di Cina yang setia kepada Roma. Menurut beberapa publikasi diperkirakan sepertiga dari uskup-uskup yang ditunjuk oleh pemerintah dalam Gereja Patriotik Cina secara rahasia setia kepada Roma. Negosiasi masih terus berlangsung antara Vatikan dan pemerintah Cina. Jumlah total umat Kristen di Cina tidak diketahui tepatnya.
 
Suatu grup ziarah membawa patung Santa Maria dari Fatima ke Peking di bulan Oktober 1994. Diantara ratusan peziarah adalah Gianna Talone Sullivan dan suaminya, Dr. Michael Sullivan, dari Emmitsburg, Maryland. Gianna adalah visionari penampakan Maria di Scotsdale, Arizona dan Emmitsburg, Maryland. Gianna melaporkan bahwa Santa Perawan Maria menampakan diri kepadanya di Gereja Maria Yang Tak Bernoda, yang merupakan tempat kedudukan resmi Uskup dari Gereja Katolik Patriotik Cina yang berasosiasi dengan Asosiasi Patriotik Cina.
 
Giannan Sullivan mengatakan bahwa Bunda Maria tampil berpakaian jubah warna putih dan memakai kerudung tembus pandang berwarna putih. Dia berdiri diatas gumpalan awan dan diselubungi oleh cahaya keunguan yang begitu kemilau sehingga Gianna nyaris tidak dapat melihatnya. Dia berkata: "Penampakan pertama terjadi pada tanggal 28 Oktober 1994 jam 2 siang. Bunda Allah juga menampakan diri kepada saya pada hari berikutnya di gereja yang sama. Dua penampakan ini adalah suatu fondasi yang menandai awal suatu era yang baru Gereja Yesus Kristus di Cina." Demikian Gianna berkata tentang penampakan yang dialaminya.
 
"Bunda Maria tampak berbeda seperti yang biasa saya lihat sebelum-sebelumnya. Figurnya serupa, akan tetapi dia dikelilingi oleh begitu banyak cahaya yang keungu-unguan. Dan juga para malaikat! Ada ratusan malaikat yang mengelilinginya! Ada ratusan wajah-wajah malaikat kecil yang manis! Merekapun juga memancarkan cahaya keunguan. Para malaikat itu seolah-olah menyelubungi Bunda Maria! Tetapi kedua tangan Bunda Maria, cahaya dari kedua tangannya begitu gemilang! Dia mengenakan mahkota emas. Saya menerima pesan ini dari Bunda Maria di Gereja Maria Yang Tak Bernoda di Peking:"
 
"Aku adalah Bunda Segala Rahmat. Aku adalah Bunda Segala Sukacita. Aku adalah Bunda Segala Bangsa. Hatiku Yang Tak Bernoda akan berkuasa, tetapi tidak seperti yang engkau pikirkan. Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk mempersatukan gereja-gereja." 

"Allah bersukacita atas kehadiranku disini. Ada banyak orang di Cina yang begitu dekat dengan Hatiku Yang Tak Bernoda. Mereka memiliki kasih yang besar kepada Allah. Mereka tidak terlupakan. Mereka juga adalah anak-anakku."

 
"Aku sangat menginginkan persatuan diantara gereja-gereja di Cina sekarang. Bekerjalah tanpa lelah bagi kemuliaan Allah! Semoga damai Yesus memenuhi hatimu dan pikiranmu dan jiwamu untuk selama-lamanya."
 
Sinar-sinar yang berpendar-pendar dari kedua tangan Bunda Maria begitu berkilau sehingga bahkan sinar matahari tampak suram bila dibandingkan dengannya. Ratusan malaikat yang mengelilinginya dipenuhi dengan kuasa dan kasih. Kehadiran mereka bersama-sama dengan Bunda Allah di Gereja Yang Dikandung Tanpa Noda di Peking adalah suatu tanda besar memerintahnya damai dan sukacita dan kasih. Sekarang inilah panggilannya. Kekuasaan Allah sudah dekat.
 
Pesan itu menjadi lebih jelas. Maria adalah Bunda Allah dan Bunda segenap umat-Nya. Bunda dari Yesus Kristus menampakan dirinya di seluruh penjuru dunia untuk mempersatukan banyak orang dan seluruh bangsa-bangsa. Sama seperti kepala suku Indian di Venezuela yang melontarkan tombaknya ke penampakan Bunda Maria atas dirinya berabad-abad lalu, dan gerilyawan ateis di Bosnia yang menembaki penampakan Bunda Maria, tidak ada manusia manapun yang bisa mencegah rencana Allah.
 
Bunda Yesus Kristus muncul sekarang di segala penjuru dunia melalui rahmat khusus dari Allah. Dia dikirim kepada generasi ini dengan hati keibuannya yang murni penuh kasih dan pengertian untuk mengangkat kembali anak-anak Allah kepada siapa Puteranya wafat.
 
Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami..... 


26 May 2013

BULAN MARIA : Kisah Dibalik Lukisan Bunda Maria Penolong Abadi


Lukisan Bunda Penolong Abadi adalah sebuah ikon, dilukis di atas kayu dan tampaknya berasal dari sekitar abad ketigabelas. Ikon ini (kurang lebih 54 x 41,5 sentimeter) menggambarkan Bunda Maria, di bawah gelar “Bunda Allah,” menggendong Kanak-Kanak Yesus. Malaikat Agung St Mikhael dan Malaikat Agung St Gabriel, melayang di kedua pojok atas, memegang alat-alat Sengsara - St Mikhael (di pojok kiri) memegang tombak, bunga karang yang dicelupkan ke dalam anggur asam dan mahkota duri, sementara St Gabriel (di pojok kanan) memegang salib dan paku-paku. Tujuan dari sang pelukis adalah menggambarkan Kanak-Kanak Yesus menyaksikan penglihatan akan Sengsara-Nya di masa mendatang. Kegentaran yang dirasakan-Nya diperlihatkan melalui terlepasnya salah satu sandal-Nya. Namun demikian, ikon ini juga menyampaikan kemenangan Kristus atas dosa dan maut, yang dilambangkan dengan latar belakang keemasan (lambang kemuliaan kebangkitan) dan dari cara dengan mana para malaikat memegang alat-alat siksa, yaitu bagaikan memegang tanda kenang-kenangan yang dikumpulkan dari Kalvari pada pagi Paskah.

Dengan suatu cara yang amat indah, Kanak-kanak Yesus menggenggam erat tangan Bunda Maria. Ia mencari penghiburan dari BundaNya, sementara Ia melihat alat-alat sengsara-Nya. Posisi tangan Maria - keduanya memeluk Kanak-Kanak Yesus (yang tampak bagaikan seorang dewasa kecil) dan memberikan-Nya kepada kita - menyampaikan realita akan inkarnasi Tuhan kita, bahwa ia adalah sungguh Allah yang juga menjadi sungguh manusia. Dalam ikonografi, Bunda Maria di sini digambarkan sebagai Hodighitria, yaitu dia yang menghantar kita kepada sang Penebus. Ia adalah juga Penolong kita, yang menjadi perantara kita kepada Putranya. Bintang yang terlukis pada kerudung Maria, yang terletak di tengah atas dahinya, menegaskan peran Maria dalam rencana keselamatan baik sebagai Bunda Allah maupun Bunda kita.

Menurut tradisi, seorang saudagar mendapatkan ikon Bunda Penolong Abadi dari pulau Krete dan mengirimkannya ke Roma dengan kapal laut menjelang akhir abad kelimabelas. Dalam perjalanan, mengamuklah suatu badai dahsyat, yang mengancam nyawa mereka semua yang berada dalam kapal. Para penumpang bersama awak kapal berdoa memohon bantuan Bunda Maria, dan mereka diselamatkan.

Begitu tiba di Roma, sang saudagar yang menghadapi ajal, memerintahkan agar lukisan dipertontonkan agar dapat dihormati secara publik. Sahabatnya, yang menahan lukisan tersebut, menerima perintah berikutnya: dalam suatu mimpi kepada gadis kecilnya, Bunda Maria menampakkan diri dan menyatakan keinginannya agar lukisan dihormati di sebuah gereja antara Basilika St Maria Maggiore dan St Yohanes Lateran di Roma. Sebab itu, lukisan ditempatkan di Gereja St Matius, dan kemudian terkenal sebagai “Madonna dari St Matius.” Para peziarah berduyun-duyun datang ke gereja tersebut selama tiga ratus tahun berikutnya, dan rahmat berlimpah dicurahkan atas umat beriman.

Setelah pasukan Napoleon menghancurkan Gereja St Matius pada tahun 1812, lukisan dipindahkan ke Gereja St Maria di Posterula, dan disimpan di sana hingga hampir 40 tahun lamanya. Di sana, lukisan itu kemudian diabaikan dan dilupakan.

Oleh karena penyelenggaraan ilahi, lukisan diketemukan kembali. Pada tahun 1866, Beato Paus Pius IX mempercayakan lukisan kepada kaum Redemptoris, yang baru saja mendirikan Gereja St Alfonsus, tak jauh dari St Maria Maggiore. Semasa kanak-kanak, Bapa Suci berdoa di hadapan lukisan ini di Gereja St Matius. Beliau memerintahkan agar lukisan dipertontonkan kepada publik dan dihormati; beliau juga menetapkan perayaan Santa Perawan Maria Bunda Penolong Abadi pada hari Minggu sebelum Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pembaptis. Pada tahun 1867, ketika lukisan sedang dibawa dalam suatu perarakan yang khidmad melalui jalan-jalan, seorang kanak-kanak disembuhkan secara ajaib, yang pertama dari banyak mukjizat yang kemudian dicatat sehubungan dengan Bunda Penolong Abadi.

Hingga hari ini, Gereja St Alfonsus mempertontonkan ikon Bunda Penolong Abadi dan menyambut segenap peziarah yang datang untuk berdoa. Kiranya setiap kita tidak pernah ragu untuk memohon bantuan doa dan perantaraan Bunda Maria kapan saja, teristimewa pada masa kesesakan.

 
a)    Paraf Yunani yang artinya "Bunda Allah"
b)    Bintang di cadar Bunda Maria. Beliaulah Bintang Lautan … yang membawa cahaya Kristus kepada kegelapan dunia ini … Bintang yang membimbing kita dengan aman menuju rumah Surgawi.
c)  Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Mikael". Ia dilukiskan sedang memegang lembing dan bunga karang alat sengsara Kristus.
d)   Mulut Maria digambar mungil sebagai lambang sedikit berbicara dan dalamnya kehidupan kontemplasi Sang Perawan.
e)   Jubah Merah, warna yang dikenakan oleh para perawan pada zaman Kristus.
f)     Mantel Biru Tua, warna yagn dipakai para ibu di Palestina. Maria adalah perawan dan ibu.
g)  Tangan-tangan Kristus menggenggam erat ibu jari Bunda-Nya, menyatakan kepada kita kepercayaan yang harus kita berikan di dalam doa-doa kepada Bunda Maria.
h)  Mahkota emas dilukis dalam gambar aslinya, merupakan tanda dari banyaknya doa yang terkabul yang ditujukan kepada Bunda Maria yang disebut sebagai "Bunda Penolong Abadi"
i)     Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Gabriel". Ia memegang salib dan paku-paku.
j)  Mata Bunda Maria digambar besar, mata itu melihat tembus pada kebutuhan-kebutuhan kita dan mengundang permohonan-permohonan.
k)    Paraf Yunani untuk "Yesus Kristus".
l)   Tangan Kiri Bunda Maria menopang Kristus dengan eratnya, menyatakan kepada kita jaminan yang kita peroleh dalam pengabdian terhadap Bunda Allah.
m) Sandal yang terjatuh, suatu tanda bahwa bagi mereka yang merenungkan sengsara Kristus akan memperoleh penyelamatan dan memasuki jenjang pewaris-Nya yang abadi (Rut 4:7-8)


 
sumber : “Straight Answers: Icon Invokes Mary's `Perpetual Help'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; dan Ave Maria No. 9 Juli 1997 diterbitkan oleh Marian Center Indonesia.