“Ketika tiba hari
Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah
dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah,
di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api
yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,
seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”
(Kis. 2: 1-4)
Setelah Gereja merayakan hari
Kenaikan Tuhan Yesus ke Surga, maka satu peristiwa penting berikutnya yang kita
nantikan adalah hari Pentakosta. Istilah “Pentakosta” adalah dari asal kata
bahasa Yunani, yaitu “pentekoste” yang artinya hari yang kelima puluh. Karena
itu pelaksanaan hari raya Pentakosta yang dirayakan gereja-gereja pada masa
sekarang adalah dihitung 50 hari sejak hari raya Paskah.
Hari Pentakosta mengandung tiga
arti. Pertama, hari Pentakosta sebagai hari raya panen gandum, yang
mengingatkan bahwa Allah telah memberikan berkat yang berlimpah kepada umatNya.
Sebagai bukti pemeliharaan Allah kepada umat-Nya, di hari itulah umat bersyukur
kepada Allah. Kedua, Pentakosta adalah hari yang dirayakan untuk
memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh Allah kepada Musa
di gunung Sinai. Dan arti ketiga, hari Pentakosta adalah hari dicurahkannya Roh
Kudus (Perjanjian Baru).
Umat Israel di Perjanjian Lama dan
umat Kristiani di masa sekarang ini, sama-sama mempersiapkan dan
merayakan baik Paskah mau pun Pentakosta secara khusus. Walaupun berbeda
zaman, umat Israel Perjanjian Lama dan umat Kristiani Perjanjian Baru memiliki
kesamaan ‘teologis’ bahwa hari Pentakosta pada intinya adalah sebagai
“pencurahan” berkat-berkat Allah baik rohani mau pun jasmani bagi umatNya. Juga
sebagai tanda bahwa Allah terus hadir dan menyertai perjalanan hidup umat yang
dikasihiNya.
PENTAKOSTA DALAM PERJANJIAN LAMA
Perayaan Pentakosta merujuk kepada
beberapa hari penting dalam ibadah bangsa Israel, antara lain : Hari raya 7
minggu (Ul. 16: 9-10); Hari raya menuai (Kel. 23: 16); dan Hari raya hulu hasil.
(Bil. 28: 26). Inti dari perayaan-perayaan tersebut adalah untuk memperingati
turunnya 10 perintah Tuhan, yaitu Taurat, kemudian juga untuk mengucap syukur
atas pemeliharaan Tuhan, berupa tersedianya gandum hasil usaha mengolah ladang
atau hasil panen.
Jadi Pentakosta pada zaman Perjanjian Lama mempunyai arti pencurahan berkat-berkat Allah dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu: 1) Berkat rohani, yaitu Firman Allah, yang kita kenal sebagai Kitab Taurat; dan 2) Berkat jasmani, yaitu tersedianya makanan hasil usaha mengolah ladang, antara lain berupa buah bungaran dan gandum.
Jadi Pentakosta pada zaman Perjanjian Lama mempunyai arti pencurahan berkat-berkat Allah dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu: 1) Berkat rohani, yaitu Firman Allah, yang kita kenal sebagai Kitab Taurat; dan 2) Berkat jasmani, yaitu tersedianya makanan hasil usaha mengolah ladang, antara lain berupa buah bungaran dan gandum.
PENTAKOSTA DALAM PERJANJIAN BARU
Dari uraian di atas, kita dapat
melihat bahwa hari Pentakosta adalah analogi dari kesinambungan dari
karya keselamatan Allah yang telah dinyatakan kepada umat Israel sejak zaman
dahulu. Hanya perbedaannya, keselamatan itu kini sudah hadir dan
dinyatakan didalam Kristus, dan terus dilanjutkan dengan dicurahkannya Roh
Kudus untuk menyertai kehidupan umatNya di sepanjang zaman.
Bagi umat Kristiani, Pentakosta atau
peristiwa dicurahkannya Roh Kudus, adalah juga sebagai penggenapan nubuat
Allah melalui nabi Yoel. (Yoel: 2: 28-32). Menurut Kamus Alkitab, Roh
Kudus adalah sebagai pelaksana kehendak Allah di bumi, Ia yang
melanjutkan dan menerapkan karya keselamatan Yesus.
Di dalam Roh Kudus, Kristus hadir
untuk menyertai, memberi kekuatan dan hikmat kepada umat yang percaya; sehingga
umat percaya dimampukan untuk hidup kudus dan bersaksi di tengah-tengah dunia
ini. Sabda Yesus: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu
seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh
Kebenaran ….” (Yoh. 14: 16-17)
SIAPAKAH ROH KUDUS?
Roh Kudus adalah:
1.
Suatu pribadi
Allah. (Mat. 28: 19; 1 Yoh. 5: 7)
2.
Roh Allah
sendiri. (1 Ptr. 4: 14)
3.
Tuhan
Yesus. (2 Kor. 3: 17-18)
4.
Roh Yesus. (Kis.
16: 6-7)
Fungsi/jabatan Roh Kudus
1.
Penolong. (Yoh.
14: 16
2.
Penghibur. (Yoh.
16: 7)
3.
Pemimpin. (Yoh.
16: 13)
4.
Pengajar. (Yoh.
14: 26)
Lambang Roh Kudus
1.
Seperti burung
merpati. (Luk. 3: 22)
2.
Seperti tiupan
angin. (Kis. 2: 2)
3.
Seperti
lidah-lidah api. (Kis. 2:3)
4.
Seperti air.
(Yoh. 7: 37-39)
PENTAKOSTA: MENGAPA ROH KUDUS
DICURAHKAN?
1.
Bagi kepentingan
Gereja:
Hari Raya Pentakosta mengingatkan
kita akan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus atas gereja yang masih muda,
yaitu kepada sekelompok murid Yesus bersama Bunda Maria, yang dengan tekun,
sehati dalam doa bersama di satu ruangan di Yerusalem. Pada saat itulah
persekutuan umat percaya mulai terbentuk. Jadi gereja Tuhan mulai hadir di atas
muka bumi sejak pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Roh
Kudus akan mengawal perjalanan gereja muda ini untuk memperluas misi Kerajaan Allah
dan untuk mempersatukan umat dari berbagai bangsa dari seluruh dunia. Ingat
bahwa pada saat Pentakosta, di Yerusalem berdiam berbagai suku bangsa, dari
Yahudi, Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Asia, dst.
2.
Bagi kepentingan
umat:
a) Supaya kita jangan menjadi yatim
piatu, karena ditinggalkan Yesus naik ke Surga, tetapi Dia akan datang kembali.
(Yoh. 14: 18).
Tuhan menganugerahkan dan mencurahkan
Roh Kudus agar umat percaya makin diteguhkan, dikuatkan dan dibimbing oleh Roh
Kudus di tengah-tengah dunia ini. Banyak murid-murid berada dalam keadaan sedih
dan ketakutan karena saat Yesus wafat, mereka tidak punya pengharapan
lagi. Dalam pikiran mereka, Tuhan yang mereka andalkan malah mati. Tetapi
sesuai dengan janji Yesus sendiri bahwa Dia akan pergi kepada Bapa dan memberi
kepada kita seorang Penolong yang lain yaitu Roh Kudus. Banyak juga umat
pengikut Kristus hidup dalam keterpurukan dikarenakan menghadapi kebuntuan
dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dengan dicurahkannya Roh Kudus,
maka Yesus ingin agar kita memiliki iman yang mengalirkan kuasa untuk menang.
b) Supaya berani mewartakan Injil dan
bersaksi tentang Kristus. (Kis. 4: 31, Kis. 8: 25). Sebelum Yesus terangkat ke
Surga, murid-murid (misalnya Petrus) sering bersembunyi, menghindar atau bahkan
melarikan diri. Tetapi ketika Petrus mengalami pencurahan Roh Kudus, maka
terjadi perubahan yang luar biasa. Petrus menjadi berani memberitakan Injil bahkan
menempuh segala resikonya (diancam, dianiaya, dan dipenjara).
c) Menjadikan umat yang diperbaharui.
(Tit. 3: 5; Yoh. 4: 24). Banyak orang beranggapan bahwa manusia tidak bisa
diubah. Segala sesuatu sudah dibentuk ‘dari sononya.’ Ini perbedaan yang
mendasar dengan umat beriman, bahwa di dalam Tuhan tidak ada yang tidak
mungkin. Kuncinya adalah percaya bahwa saat Roh Kudus bekerja dalam diri
seseorang, maka bisa terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam
hidupnya. Misalnya, dulu pemarah, sekarang jadi peramah; dulu penjahat, sekarang
jadi penjahit; dulu senang segala yang berbau alkohol, sekarang jadi senang membaca
Alkitab. Banyak sekali kisah-kisah kesaksian orang yang diubahkan hidupnya
setelah mengalami Roh Kudus. Ada yang tadinya keras hati tidak percaya Tuhan,
hidup dalam kebencian, tidak mau mengampuni, terikat oleh dosa, berpaling,
kepada ilah-ilah lain, sekarang mereka diubah bahkan dipakai Tuhan untuk
memberitakan Injil.
d) Membantu kita saat berdoa.
(Rm. 8: 26). Banyak orang yang salah tafsir, bahwa berdoa itu harus
dengan untaian kata-kata yang indah dan panjang serta sangat lengkap. Tuhan
tahu keterbatasan kita, bahwa tidak semua orang pandai berdoa. Tetapi dengan
hadirnya Roh Kudus, Ia membantu kita dalam kelemahan kita, dan menolong
kita untuk menyampaikan keluh kesah kita kepada Allah.
e) Supaya hidup dapat saling
mengampuni, tidak menyimpan kepahitan. (Kis. 7: 54-60). Hidup di dalam
komunitas kristiani dan saling melayani, tidak menjamin tidak timbul masalah
dan konflik.
f) Supaya hidup kita menghasilkan
buah Roh. (Gal. 5: 22-23). Ukuran kedewasaan iman seseorang bukan diukur dari
berapa usianya dan berapa lama ia mengenal atau bekerja melayani Tuhan. Tetapi
patokannya adalah, apa yang dihasilkan orang tersebut saat sudah memiliki
komitmen ikut dan melayani Tuhan sekian lama. Apakah kasih, sukacita, damai
sejahtera dll, ada dan kentara dalam relasinya dengan sesama? Itulah buah yang
harus dihasilkan ketika seseorang berjalan sebagai murid Tuhan Yesus.
Semoga dengan memahami makna
Pentakosta, kita semakin memahami maknanya, dan semakin dipersiapkan saat
merayakannya kelak, untuk menerima anugerah yang sama seperti yang
diterima murid-murid Tuhan saat mereka berkumpul di sebuah ruangan di
Yerusalem, yaitu dicurahkannya Roh Kudus dan karunia-karuniaNya atas kita semua.
Paus Yohanes XXIII dalam Konsili
Vatikan II, mengajak seluruh umat Katolik untuk berdoa, supaya Roh Kudus
membarui Gereja. “Perbaharui ya Tuhan, dalam masa kami ini,
keajaiban-keajaiban-Mu seperti suatu Pentakosta Baru.”
Beliau menghendaki agar kita semakin terbuka terhadap Roh Kudus dan
karunia- karuniaNya. Pencurahan Roh Kudus barulah tahap awal yang membentuk
kehidupan umat beriman. Di dalam perkembangan selanjutnya, maka ciri-ciri orang
yang mendapat karunia istimewa Roh Kudus adalah bertumbuh menjadi rendah hati,
memiliki kepedulian, dan rela berkorban. Dengan karunia yang diberikan Tuhan
tsb, mereka juga senantiasa mau melayani Gereja dan umat dengan semangat
pengabdian yang tanpa pamrih, tunduk dan taat pada hierarki, serta senantiasa
mau memelihara kesatuan dan kerukunan dengan semua kelompok pelayanan mau pun
umat beriman dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
sumber : http://pandu.katolik.or.id
No comments:
Post a Comment