Lukisan Bunda Penolong Abadi adalah sebuah ikon, dilukis di atas kayu dan
tampaknya berasal dari sekitar abad ketigabelas. Ikon ini (kurang lebih 54 x
41,5 sentimeter) menggambarkan Bunda Maria, di bawah gelar “Bunda Allah,”
menggendong Kanak-Kanak Yesus. Malaikat Agung St Mikhael dan Malaikat Agung St
Gabriel, melayang di kedua pojok atas, memegang alat-alat Sengsara - St Mikhael
(di pojok kiri) memegang tombak, bunga karang yang dicelupkan ke dalam anggur
asam dan mahkota duri, sementara St Gabriel (di pojok kanan) memegang salib dan
paku-paku. Tujuan dari sang pelukis adalah menggambarkan Kanak-Kanak Yesus
menyaksikan penglihatan akan Sengsara-Nya di masa mendatang. Kegentaran yang
dirasakan-Nya diperlihatkan melalui terlepasnya salah satu sandal-Nya. Namun
demikian, ikon ini juga menyampaikan kemenangan Kristus atas dosa dan maut,
yang dilambangkan dengan latar belakang keemasan (lambang kemuliaan
kebangkitan) dan dari cara dengan mana para malaikat memegang alat-alat siksa,
yaitu bagaikan memegang tanda kenang-kenangan yang dikumpulkan dari Kalvari
pada pagi Paskah.
Dengan suatu cara yang amat indah, Kanak-kanak Yesus menggenggam erat
tangan Bunda Maria. Ia mencari penghiburan dari BundaNya, sementara Ia melihat
alat-alat sengsara-Nya. Posisi tangan Maria - keduanya memeluk Kanak-Kanak
Yesus (yang tampak bagaikan seorang dewasa kecil) dan memberikan-Nya kepada
kita - menyampaikan realita akan inkarnasi Tuhan kita, bahwa ia adalah sungguh
Allah yang juga menjadi sungguh manusia. Dalam ikonografi, Bunda Maria di sini
digambarkan sebagai Hodighitria, yaitu dia yang menghantar kita kepada sang
Penebus. Ia adalah juga Penolong kita, yang menjadi perantara kita kepada Putranya.
Bintang yang terlukis pada kerudung Maria, yang terletak di tengah atas
dahinya, menegaskan peran Maria dalam rencana keselamatan baik sebagai Bunda
Allah maupun Bunda kita.
Menurut tradisi, seorang saudagar mendapatkan ikon Bunda Penolong Abadi
dari pulau Krete dan mengirimkannya ke Roma dengan kapal laut menjelang akhir
abad kelimabelas. Dalam perjalanan, mengamuklah suatu badai dahsyat, yang
mengancam nyawa mereka semua yang berada dalam kapal. Para penumpang bersama
awak kapal berdoa memohon bantuan Bunda Maria, dan mereka diselamatkan.
Begitu tiba di Roma, sang saudagar yang menghadapi ajal, memerintahkan
agar lukisan dipertontonkan agar dapat dihormati secara publik. Sahabatnya,
yang menahan lukisan tersebut, menerima perintah berikutnya: dalam suatu mimpi
kepada gadis kecilnya, Bunda Maria menampakkan diri dan menyatakan keinginannya
agar lukisan dihormati di sebuah gereja antara Basilika St Maria Maggiore dan
St Yohanes Lateran di Roma. Sebab itu, lukisan ditempatkan di Gereja St Matius,
dan kemudian terkenal sebagai “Madonna dari St Matius.” Para peziarah
berduyun-duyun datang ke gereja tersebut selama tiga ratus tahun berikutnya,
dan rahmat berlimpah dicurahkan atas umat beriman.
Setelah pasukan Napoleon menghancurkan Gereja St Matius pada tahun 1812,
lukisan dipindahkan ke Gereja St Maria di Posterula, dan disimpan di sana
hingga hampir 40 tahun lamanya. Di sana, lukisan itu kemudian diabaikan dan
dilupakan.
Oleh karena penyelenggaraan ilahi, lukisan diketemukan kembali. Pada
tahun 1866, Beato Paus Pius IX mempercayakan lukisan kepada kaum Redemptoris,
yang baru saja mendirikan Gereja St Alfonsus, tak jauh dari St Maria Maggiore.
Semasa kanak-kanak, Bapa Suci berdoa di hadapan lukisan ini di Gereja St
Matius. Beliau memerintahkan agar lukisan dipertontonkan kepada publik dan
dihormati; beliau juga menetapkan perayaan Santa Perawan Maria Bunda Penolong
Abadi pada hari Minggu sebelum Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pembaptis. Pada
tahun 1867, ketika lukisan sedang dibawa dalam suatu perarakan yang khidmad
melalui jalan-jalan, seorang kanak-kanak disembuhkan secara ajaib, yang pertama
dari banyak mukjizat yang kemudian dicatat sehubungan dengan Bunda Penolong
Abadi.
Hingga hari ini, Gereja St Alfonsus mempertontonkan ikon Bunda Penolong
Abadi dan menyambut segenap peziarah yang datang untuk berdoa. Kiranya setiap
kita tidak pernah ragu untuk memohon bantuan doa dan perantaraan Bunda Maria
kapan saja, teristimewa pada masa kesesakan.
a) Paraf Yunani yang artinya "Bunda Allah"
b) Bintang di cadar Bunda Maria. Beliaulah Bintang Lautan
… yang membawa cahaya Kristus kepada kegelapan dunia ini … Bintang yang
membimbing kita dengan aman menuju rumah Surgawi.
c) Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Mikael".
Ia dilukiskan sedang memegang lembing dan bunga karang alat sengsara Kristus.
d) Mulut Maria digambar mungil sebagai lambang sedikit
berbicara dan dalamnya kehidupan kontemplasi Sang Perawan.
e) Jubah Merah, warna yang dikenakan oleh para perawan
pada zaman Kristus.
f) Mantel Biru Tua, warna yagn dipakai para ibu di
Palestina. Maria adalah perawan dan ibu.
g) Tangan-tangan Kristus menggenggam erat ibu jari
Bunda-Nya, menyatakan kepada kita kepercayaan yang harus kita berikan di dalam
doa-doa kepada Bunda Maria.
h) Mahkota emas dilukis dalam gambar aslinya, merupakan
tanda dari banyaknya doa yang terkabul yang ditujukan kepada Bunda Maria yang
disebut sebagai "Bunda Penolong Abadi"
i) Paraf Yunani untuk "Malaikat Agung Gabriel".
Ia memegang salib dan paku-paku.
j) Mata Bunda Maria digambar besar, mata itu melihat
tembus pada kebutuhan-kebutuhan kita dan mengundang permohonan-permohonan.
k) Paraf Yunani untuk "Yesus Kristus".
l) Tangan Kiri Bunda Maria menopang Kristus dengan
eratnya, menyatakan kepada kita jaminan yang kita peroleh dalam pengabdian
terhadap Bunda Allah.
m) Sandal yang terjatuh, suatu tanda bahwa bagi mereka
yang merenungkan sengsara Kristus akan memperoleh penyelamatan dan memasuki
jenjang pewaris-Nya yang abadi (Rut 4:7-8)
sumber : “Straight Answers: Icon Invokes
Mary's `Perpetual Help'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald,
Inc; dan Ave Maria No. 9 Juli 1997 diterbitkan oleh Marian Center Indonesia.
No comments:
Post a Comment