02 June 2013

MUKJIZAT EKARISTI (Bagian 2)

ALATRI, tahun 1228

Seorang pemudi, yang tertarik pada seorang pemuda, diminta untuk membawa sekeping Hosti yang telah dikonsekrir agar dapat dibuatkan ramuan cinta. Sang pemudi menerima Komuni dan berjalan pulang ke rumah, tetapi karena merasa bersalah ia menyembunyikan Kristus di suatu pojok rumah.

Beberapa hari kemudian, ia datang dan mendapati bahwa Hosti telah berubah warna seperti daging. Imam paroki segera diberitahu dan ia membawa Hosti kepada Uskup. Bapa Uskup menulis surat kepada Paus Gregorius IX yang isinya:

“Kita patut menyampaikan puji syukur sedalam-dalamnya kepada Dia yang, sementara senantiasa menyelenggarakan segala karya-Nya dengan cara-cara yang mengagumkan, pada kesempatan-kesempatan tertentu juga mengadakan mukjizat-mukjizat dan melakukan hal-hal menakjubkan agar para pendosa menyesali dosa-dosa mereka, mempertobatkan yang jahat, dan mematahkan kuasa bidaah sesat dengan memperteguh iman Gereja Katolik, menopang pengharapan-pengharapannya serta mendorong amal kasihnya.     

Oleh sebab itu, saudaraku terkasih, dengan surat Apostolik ini, kami menyarankan agar engkau memberikan penitensi yang lebih ringan kepada gadis tersebut, yang menurut pendapat kami, dalam melakukan dosa yang teramat serius itu, lebih terdorong oleh kelemahan daripada kejahatan, terutama dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa ia sungguh menyesal setulus hati ketika mengakukan dosanya. Namun demikian, terhadap wanita yang menghasutnya, yang dengan kejahatannya mendorong si gadis untuk melakukan dosa sakrilegi, perlu dikenakan hukuman disipliner yang menurutmu lebih pantas; juga memerintahkannya untuk mengunjungi semua Uskup di wilayah terdekat, guna mengakukan dosa-dosanya kepada mereka dan mohon pengampunan dengan ketaatan yang tulus …”

Mukjizat Hosti dipertontonkan dua kali setahun, yaitu pada hari Minggu pertama sesudah Paskah dan hari Minggu pertama sesudah Pentakosta.

Pada tahun 1960, Uskup Facchini dari  Alatri membuka segel tempat Hosti disimpan dan mengeluarkannya. Uskup menyatakan bahwa Hosti tetap dalam keadaan sama seperti saat pertama diketemukan, yaitu, sekerat daging yang tampak sedikit kecoklatan.

Pada tahun 1978, perayaan-perayaan istimewa diselenggarakan untuk memperingati 750 tahun terjadinya mukjizat.

“Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.” (Yoh 6:48-50)


http://yesaya.indocell.net/1x1.gifDAROCA, tahun 1239

Kota di Spanyol ini bukanlah tempat terjadinya mukjizat, melainkan tempat ditahtakannya mukjizat Ekaristi yang terjadi dalam masa perang antara Spanyol dan Saracens pada abad ketigabelas.

Seperti kebiasaan, sebelum maju berperang, keenam komandan Spanyol pergi menghadiri Misa dan menerima Sakramen Tobat. Di pinggiran kota, mereka diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Saracens. Imam membungkus keenam Hosti yang telah dikonsekrasikan dengan korporal, lalu menyembunyikannya sementara pasukan Spanyol membalas serangan Saracens. Setelah pertempuran yang dimenangkan oleh Spanyol itu usai, imam pergi ke tempat ia menyembunyikan Hosti dan mendapati bahwa Hosti telah lenyap meninggalkan enam noda darah di korporal. Rahasia kemenangan mereka dinyatakan oleh Kristus melalui mukjizat Ekaristi ini.

Masing-masing komandan menghendaki agar korporal disimpan di kota asalnya. Dari tiga pilihan, akhirnya dipilihlah kota Daroca. Dua orang komandan tidak setuju akan keputusan tersebut, maka diusulkanlah suatu jalan keluar. Korporal akan dimuatkan ke atas punggung seekor keledai Saracen yang dibiarkan pergi sekehendak hatinya dan tempat di mana keledai itu berhenti akan menjadi tempat korporal ditahtakan. Sang keledai berhenti di kota Daroca. Darah di korporal telah dianalisa para ahli dan dinyatakan sebagai darah manusia.

Ya Kristus, berilah kami pengertian lebih dalam akan wafat-Mu di salib dan kemenangan-Mu atas setan seperti kemenangan Spanyol atas Saracens.

sumber : “Miracles of the Eucharist” ; The Eucharistic Apostles of The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org


No comments:

Post a Comment